Awas, Ini Akibatnya Jika Anak Terlalu Sering Mengonsumsi Daging Olahan

Daging olahan
Daging olahan

Jenis makanan yang terbuat dari daging olahan seperti sosis, nugget, kornet, dendeng, ham, dan lain-lain, memang sangat disukai oleh anak-anak. Namun secara medis menyatakan bahwa makanan yang terbuat dari daging olahan tersebut sangat tidak baik untuk dikonsumsi secara rutin.

Daging olahan merupakan salah satu makanan yang memicu terjadinya kanker. Meski efeknya berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama, namun tetap saja penyakit kanker dikategorikan sangat berbahaya dan menggerogoti tubuh kita.

Bacaan Lainnya

Secara alamiah, daging tidak memiliki ketahanan yang cukup lama. Jika disimpan terlalu lama maka akan menurun kualitasnya. Sementara daging olahan merupakan bentuk modifikasi yang memungkinkan bisa bertahan cukup lama dengan campuran bahan-bahan pengawet.

Beberapa cara pengolahan yang biasa digunakan antara lain pengasapan, curing (penggunaan garam bercampur nitrat untuk mengawetkan daging), penambahan garam serta pengawet.

Menjadikan makanan yang berbahan dasar daging olahan sebagai menu rutin untuk anak harus dihindari. Kandungan garam yang sangat tinggi didalamnya, akan meningkatkan resiko hipertensi, kerusakan jantung, kerusakan pembuluh darah aorta, kerusakan ginjal dan bahkan tulang.

BACA JUGA: Sosis Bakar Pedas Manis, Camilan yang Lezat dan Gurih

Selain itu, daging olahan juga mengandung banyak sodium. Ketika tubuh mengonsumsi sodium terlalu banyak, maka akan menyebabkan kerja ginjal semakin berat. Sodium yang terlalu tinggi juga akan membuat pembuluh darah mengeras sehingga meningkatkan resiko terjadinya darah tinggi, serangan jantung, hingga stroke.

Daging olahan juga menganduk lemak jenuh yang begitu tinggi. Pada 75 gram sosis terdapat 7 gram lemak jenuh yang hampir memenuhi setengah dari batas maksimal konsumsi tubuh perhari.

Kebutuhan kalori pada anak-anak usia 4-6 tahun hanya sebesar 1600 kalori per hari. Artinya konsumsi lemak maksimal yang dianjurkan sekitar 9 gram per hari.

Ketika tubuh teralu banyak mengonsumsi lemak jenuh, maka akan meningkatkan resiko obesitas dan kegemukan di kemudian hari.

BACA JUGA: Olahan Tahu Putih yang Terkenal di Indonesia, Enak Disantap Kapan Saja

Obesitas dan kegemukan merupakan faktor utama yang menyebabkan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes, dan stroke.

Ketahanan daging olahan yang berasal dari bahan pengawet seperti nitrit dan nitrat menjadi penyebab kuat masuknya kanker ke dalam tubuh.

Menurut Cancer Research UK, nitrat dan nitrit secara alami sudah terdapat dalam daging merah, tetapi seringkali ditambahkan saat pembuatan daging olahan untuk digunakan sebagai pengawet dan pemberi warna. Di tubuh, nitrit dan nitrat dapat diubah menjadi nitrosamine dan nitrosamide, inilah komponen yang dapat menyebabkan kanker.

Tidak hanya dari segi bahan, proses pembuatan daging olahan dengan cara pengasapan juga dianggap berbahaya untuk kesehatan.

Proses pengasapan membuat daging menyerap sejumlah besar tar yang terdapat di dalam asap. Tar termasuk salah satu komponen yang dapat menyebabkan kanker.

Dari keterangan tersebut, sudah sangat jelas jika daging olahan memiliki kandungan yang tidak baik untuk tubuh. Penelitian di Eropa mengungkapkan bahwa mengonsumsi daging olahan meningkatkan resiko meninggal dunia karena terjangkit kanker hingga 11%.

Jenis kanker yang biasa dihubungkan dengan konsumsi daging olahan adalah kanker usus dan kanker kolorektal.

Menurut WHO, konsumsi daging olahan sebesar 50 gram per hari (setara dengan satu buah hot dog) meningkatkan risiko kanker usus besar hingga 18%.

Beberapa komponen di dalam daging merah maupun daging olahan dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan usus dengan cara meningkatkan kecepatan sel-sel tersebut membelah.

Mekanisme pembelahan sel seperti ini dapat meningkatkan risiko berkembangnya sel kanker.

Baca berita Gaya Hidup lainnya di tautan ini dan berita terkini dari PELITA.CO.ID di Google News dengan klik tautan ini.

TERPOPULER:

PELITA.CO.ID di WhatsApp: pelita.co.id di WhatsApp Channel Dapatkan aplikasi PELITA.CO.ID di Google Play: pelita.co.id di Google Apps PELITA.CO.ID di Google News: pelita.co.id di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan