Benarkah Media Sosial Penyebab Depresi? Begini Penjelasannya

Ilustrasi Media Sosial
Ilustrasi Media Sosial

Media sosial penyebab depresi? Benarkah? Mengapa demikian? Depresi atau rasa stress yang berlebihan dapat disebabkan oleh konten yang ada di dalam media sosial. Terlalu berlebihan menggunakan media sosial akan menjadikan Anda sebagai korban dari pikiran Anda sendiri, yaitu ketika pikiran tersebut mulai tidak selaras dengan dunia luar di sekitar Anda.

Seperti yang kita ketahui saat ini, adanya media sosial telah banyak merubah kehidupan kita. Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini banyak memberi dampak yang positif dan negatif bagi kehidupan umat manusia pada umumnya.

Bacaan Lainnya

Dari mulai mempermudah memperoleh informasi, berhubungan dengan teman lama atau orang dengan jarak yang jauh, sampai dengan membagi keluh kesah dan gaya hidup hanya dengan melalui media sosial.

Makanya, adanya media sosial merupakan hal yang lekat dalam kehidupan kita sehari-hari khususnya zaman sekarang.

BACA JUGA: Serunya Liburan Naik Balon Udara di Cappadocia Bersama Golden Rama Tour & Travel

Namun, tahukah Anda bahwa tak luput dari dampak yang positif, media sosial juga menimbulkan dampak negatif? Terlebih karena konten yang ada di dalamnya sangat memicu seseorang memiliki gangguan jiwa dan mental yang kerap muncul karena menggunakannya secara berlebihan. Hal tersebut akan mengarah dan memicu kondisi psikologis seseorang menjadi buruk, alias terjadi depresi pada jiwa dan mentalnya.

Depresi atau rasa stress yang berlebihan dapat disebabkan oleh konten yang ada di dalam media sosial. Mengapa demikian? Menurut Dr. Stephanie Mihalas seorang psikolog dari Department of Psychiatry and Biobehavioral Sciences di David Geffen School of Medicine Amerika, memulai siklus yang buruk bagi kesehatan jiwa dan raga seseorang adalah ketika sudah mulai menghabiskan waktu yang lama hanya untuk aktif di media sosial.

Menurut Dr. Mihalas, terlalu berlebihan menggunakan media sosial akan menjadikan Anda sebagai korban dari pikiran Anda sendiri, yaitu ketika pikiran tersebut mulai tidak selaras dengan dunia luar di sekitar Anda.

Selain itu, depresi mungkin juga muncul saat Anda melihat update-an teman-teman media sosial Anda yang tidak dapat Anda terima di kehidupan nyata. Atau faktor lain, apabila Anda harus berada di dalam room chat yang isi perbincangan tersebut tidak Anda inginkan, namun sulit untuk berhenti keluar dan memperhatikannya.

BACA JUGA: Perusahaan Coworking Space GoWork Tumbuh Dua Kali Lipat dan Siapkan Strategi untuk Dominasi Pasar

Hal tersebut memicu munculnya emosional yang beragam pada saat yang sama dan memunculkan perasaan membandingkan. Anda mungkin akan merasa kesal, iri dan depresi melihat teman-teman Anda update tentang kehidupan mereka yang lebih menarik dibandingkan dengan kehidupan Anda yang membosankan.

Tapi secara lebih fokus, terdapat faktor paling berbahaya dari isi media sosial yang dapat menyebabkan seseorang depresi, lho! Mungkin sebagian dari Anda sudah mengira dan mengetahui apa faktor tersebut.

Ya, faktor tersebut adalah bullying yang terjadi di media sosial. Selain menjadi alat komunikasi dan ajang untuk menunjukkan gaya hidup seseorang, media sosial sekarang ini pun juga menjadi wadah bagi orang-orang yang aktif di dalamnya untuk mengungkapkan pendapat dan pandangan mereka, dari segi sosial sampai politik.

Kebanyakan dari orang-orang yang tidak memiliki keberanian atau sangat berani dalam mengutarakan pendapat negatifnya tentang suatu hal, atau bahkan tentang seseorang. Ia cenderung akan berkata dan mengeksposnya di media sosial. Dapat juga melakukan pencemaran nama baik seseorang, menyebar hoax atau memfitnah.

Banyak orang-orang yang mengisi konten media sosial dengan hal negatif maupun hal yang biasa saja namun berdampak negatif bagi seseorang. Contohnya, menunjukkan gaya hidup yang mewah dan membuat orang lain yang melihatnya iri dan memiliki emosional yang negatif akan dirinya sendiri dan orang tersebut.

Kebanyakan dari korban depresi media sosial adalah para remaja dan wanita. Remaja dengan emosinya yang masih labil, dan wanita yang cenderung lebih sensitif akan suatu hal.

Oleh karena itu, patut bagi kita semua tidak menyalahgunakan media sosial atau menggunakannya secara berlebihan sampai kecanduan.

Kurangilah bermain gadget, lakukanlah lebih banyak interaksi dengan orang-orang sekitar Anda. Lakukanlah hal-hal yang lebih positif tanpa melibatkan media sosial.

Anda boleh menggunakan media sosial, namun harus tahu batas dan jangan berlebihan, apalagi sampai depresi.

Berhentilah memiliki perasaan membandingkan hidup Anda dengan hidup orang lain. Syukurilah apa yang ada, karena waktu tidak dapat terulang.

PELITA.CO.ID di WhatsApp: pelita.co.id di WhatsApp Channel Dapatkan aplikasi PELITA.CO.ID di Google Play: pelita.co.id di Google Apps PELITA.CO.ID di Google News: pelita.co.id di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan