Chris Nalenan: Bung Karno Intelektual Organik yang Selalu Berjalan bersama Rakyat

Pelantikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Universitas Bung Karno di Aula Fatmawati UBK, Jakarta Pusat pada Selasa, (26/6/2024). Foto: istimewa
Pelantikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Universitas Bung Karno di Aula Fatmawati UBK, Jakarta Pusat pada Selasa, (26/6/2024). Foto: istimewa

Jakarta, pelita.co.idKetua Umum Keluarga Besar Alumni FISIP Universitas Bung Karno (KAMI FISIP UBK), Chris Nalenan menyampaikan Bung Karno bukan sekadar seorang pemimpin, tetapi juga seorang intelektual.

“Bung Karno bisa disebut sebagai intelektual organik yaitu intelektual yang selalu berjalan bersama rakyat, tidak hanya diam di kampus tapi juga memikirkan bagaimana rakyat bisa berubah menjadi lebih baik,” kata Chris Nalenan, pada Diskusi Publik bertema “Aktualisasi Leadership Bung Karno yang Selaras Bergerak Sesuai dengan Ajaran Bung Karno di Era Gen Z” yang berlangsung Selasa, (25/6/2024).

Bacaan Lainnya

Diskusi publik yang digelar dalam rangka pelantikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UBK ini bertempat di Aula Fatmawati UBK, Jakarta Pusat.

“Pemikiran-pemikiran Bung Karno merupakan pemikiran yang memiliki kaki, ide yang bisa diterapkan di masyarakat,” jelasnya.

Chris Nalenan menambahkan, seorang ilmuwan atau intelektual yang organik, memiliki watak cinta pada kebenaran dan menyuarakannya, menyediakan diri menjadi pembenar bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa bernegara, ikut terlibat membela rakyat.

BACA JUGA: Resmikan GOR Bung Karno, Puan Maharani Harap Lahir Atlet Tangguh dari Sukoharjo

“Para pemuda, gen Z khususnya bisa menjadikan kepemimpinan Bung Karno intelektual organik menjadi contoh, jangan hanya belajar secara akademik, berharap mendapat pekerjaan dengan gaji yang besar, tapi juga harus selalu memikirkan nasib rakyat, yakni bagaimana melakukan perubahan di masyarakat,” tegasnya.

Chris juga menyarakan kepada anggota BEM FISIP UBK agar banyak membaca sastra. Karena Sastra bukan hanya mengajari kita tentang kehidupan, tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai humanisme, tentang bagaimana hidup bukan hanyalah masalah materi semata tetapi juga bagaimana masalah etis.

“Di dunia saat ini ketika kecerdasan buatan mendominasi dalam banyak hal, menjadi pintar mungkin bukan suatu hal yang istimewa, karena sehebat-hebatnya kita untuk menjadi pintar. Kita manusia tidak akan bisa menandingi AI. Tapi ada satu hal yang tidak bisa dimiliki oleh AI, yaitu nilai-nilai etis, yang hanya bisa dimiliki oleh manusia. “ tutupnya.

Hadir sebagai pembicara, politisi senior sekaligus Alumni UBK, Panda Nababan. Juga hadir dosen FISIP UBK, Novance Silitonga.

PELITA.CO.ID di WhatsApp: pelita.co.id di WhatsApp Channel Dapatkan aplikasi PELITA.CO.ID di Google Play: pelita.co.id di Google Apps PELITA.CO.ID di Google News: pelita.co.id di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan