Jakarta, pelita.co.id – Ikatan Mahasiswa Magister Hukum Universitas Indonesia dan Institute for Justice and Constitutional Effect’s (IJCE) menggelar webminar dengan tema ‘Masa Depan Energi Indonesia: Transisi Energi Baru Terbarukan & Hilirisasi Industri’ pada Kamis, (6/4/2023).
Mengutip data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) nasional yang sangat melimpah. Mulai dari energi surya, bayu, hidro, bioenergi, panas bumi, dan juga laut yang total potensinya 3.686 gigawatt (GW). Namun, pemanfaatnya baru sekitar 0,3 persen dari total EBT tersebut.

Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Arsjad Rasjid, yang hadir sebagai pembicara juga mengungkapkan besarnya potensi energi terbarukan yang dimiliki Indonesia.
“Indonesia memiliki energi terbarukan sangat besar, juga memiliki sumber daya alam nikel terbesar di dunia yang dapat digunakan untuk membangun ekosistem kendaraan listrik,” kata Arsjad Rasjid.
Pada kesempatan yang sama, Vice President Pertamina Energy Institute, Hery Haerudin mengungkapan potensi Indonesia menjadi pengelola EBT terbesar di Asia Tenggara.
Ia menambahkan di masa depan elektrifikasi akan menyentuh seluruh sendi kehidupan dan menjadi norma baru. Semua sektor akan menggunakan listrik untuk kebutuhan sehari-hari, jumlah kendaraan listrik akan terus meningkat. Dalam skenario energy transition, di tahun 2060, diprediksi hampir semua kendaraan yang beredar di jalanan adalah kendaraan listrik.
Sementara itu, pada webinar tersebut, Deputi Bidang Hilirisasi Investasi Strategis Kementerian Investasi/BKPM, Heldy Satrya Putera menjelaskan taget investasi melampaui dari target yang sudah oleh Presiden Joko Widodo.
BACA JUGA: DPR RI Dukung Transisi Energi Terbarukan Melalui Pengembangan Industri Baterai
Realisasi investasi pada 2021 tercapai Rp 901,0 triliun atau 100,1% dari target Rp 900 triliun, dan realisasi investasi tahun 2022 mencapai Rp 1.207,2 triliun atau 100,7% dari target sebesar Rp 1.200 triliun.
Deputi Bidang Hilirisasi Investasi Strategis Kementerian Investasi/BKPM, Heldy Satrya Putera memberi penekanan keberhasilan pemerintah mengelola hilirisasi nikel.
“Industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya ini merupakan kegiatan usaha hasil hilirisasi. Jadi ini salah satunya dari hilirisasi nikel, yang sudah diketahui cukup besar hasil dari hilirisasi di komoditas ini,” kata dia.
Dia menjelaskan keberhasilan hiliriasi nikel dari sisi ekspor. Pada 2017, ekspor nikel hanya US$ 3 miliar, lalu pada 2022 produk ekspor hilir nikel meningkat signifikan mencapai US$ 29 miliar.
“Sementara itu, sekarang ini ekspor produk hilir nikel sudah di atas US$ 30 miliar. Artinya, sudah lebih dari 10 kali lipat, peningkatan ekspor kita dari usaha hiliriasi. Ini adalah bukti. Dari situ kita melihat hilirasi dapat memberikan peningkatan realisasi investasi yang signifikan,” kata Heldy.
Baca berita terkini lainnya di tautan ini dan berita terkini dari PELITA.CO.ID di Google News dengan klik tautan ini.
Baca berita lebih cepat, unduh aplikasi PELITA.CO.ID di Google Play di tautan ini.
TERPOPULER: