Jakarta, pelita.co.id – Harga Bitcoin mencatat lonjakan yang signifikan pada November 2024, dengan kenaikan lebih dari 40,8% dalam sebulan, menembus angka US$99.000. Momentum ini tercipta di tengah rilis
data ekonomi makro Amerika Serikat yang sesuai dengan ekspektasi, seperti klaim pengangguran dan data inflasi Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang menjadi indikator inflasi favorit Federal Reserve (The Fed).
Data inflasi AS menunjukkan kenaikan sebesar 2,3% dari tahun ke tahun (YoY) dan 0,2% dari bulan sebelumnya, sejalan dengan prediksi pasar. Kondisi ini memperkuat ekspektasi akan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Desember, yang kini memiliki peluang 66,5% berdasarkan CME FedWatch Tool.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mencermati dinamika pasar ini sebagai kesempatan besar bagi investor untuk memanfaatkan momentum jangka pendek dan jangka panjang.
Ia menjelaskan, “Kenaikan harga Bitcoin yang signifikan dalam bulan ini menunjukkan bahwa sentimen investor terhadap aset kripto masih sangat kuat, terutama setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS. Akumulasi BTC yang dilakukan oleh investor besar mencerminkan optimisme terhadap potensi apresiasi nilai Bitcoin di masa depan.”
Analisis Teknikal dan Target $100.000
Secara teknikal, Bitcoin mempertahankan dukungan kuat di sekitar $90.250, yang meliputi level Fibonacci retracement 0,236 dan Exponential Moving Average (EMA) 100 hari. Pergerakan indikator RSI menunjukkan pemulihan dari zona jenuh jual, memperkuat potensi kenaikan harga.
“Bitcoin berhasil melakukan pengujian ulang di level $91.000, mengonfirmasi bahwa level resistensi lama kini berubah menjadi level support baru. Dengan penembusan di atas US$94.500, BTC memiliki peluang besar untuk mencapai angka psikologis US$100.000 (Rp1,58 miliar) pada akhir Desember 2024,” analisa Fyqieh.
BACA JUGA: Pertumbuhan Aset Kripto di Indonesia: Tren Positif di Tengah Fluktuasi Pasar
Fyqieh menambahkan, “Meski harga Bitcoin saat ini masih menghadapi koreksi, tren bullish tetap dominan. Indikator teknikal menunjukkan potensi yang menjanjikan, sementara akumulasi oleh institusi besar seperti perusahaan China, SOS Limited, yang berencana membeli Bitcoin senilai US$50 juta, memberikan sinyal positif terhadap kekuatan fundamental pasar.”
Dengan data inflasi yang stabil dan kebijakan moneter The Fed yang diperkirakan melonggar, prospek Bitcoin menuju tonggak sejarah US$100.000 semakin terbuka. Meskipun volatilitas tetap menjadi tantangan, banyak analis percaya bahwa siklus bull market kali ini belum mencapai puncaknya.
Optimisme ini menjadi katalis bagi investor untuk mempertimbangkan diversifikasi portofolio mereka ke dalam aset digital, di tengah perubahan kebijakan ekonomi global yang semakin mendukung perkembangan pasar kripto.