Mengapa deras hujan datangkan banjir
Mengapa kemarau panjang keringkan sumur ladang
Mengapa panen tiada lagi melimpah
Mengapa musim berubah datangkan petaka
Mengeluh, memaki
Namun tak juga kau temukan sebentuk jawabnya
Berlari, sembunyi,
Namun juga tak kau temukan jawabnya
Jakarta, pelita.co.id – WatchDog Documentary menggelar nonton bareng dan diskusi film ‘Kutukan Nikel’ di Teater Asrul Sani, Gd. Trisno Sorlemardjo, lantai 4, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat pada Senin (15/7/2024).
Film “Kutukan Nikel’ ini merupakan kelanjutan dari tayangan film docu-series ‘The Bloody Nickel’ episode pertama pada Februari 2024 lalu.
Disutradarai Edy Purwanto dengan asisten sutradara Harry Maulana dan produser M. Sridipo dan Fandhi Bagus, film “Kutukan Nikel’ atau Blody Nickel menyuguhkan tayangan selama 40 menit kerusakan yang diakibatkan oleh pertambangan di wilayah timur Indonesia.
Setelah acara nonton bareng, dilanjutkan dengan diskusi bersama Iqbal Damanik dari Greenpeace Indonesia; Christ Balseran dari Mongabay Indonesia; konten kreator Eky Priyagung; dan Hema Situmorang dari Jaringan Advokasi Tambang.
BACA JUGA: Komisi VII DPR RI Minta Pengelolaan Nikel Diaudit Total

Iqbal Damanik dari Greenpeace Indonesia menyampaikan 80 persen kekayaan hayati dunia berada di hutan yang ditinggali oleh masyarakat adat. Selama puluhan sampai ratusan tahun, masyarakat adat yang menjaga sekaligus menjadi benteng dunia dari krisis iklim.
“Hutan adalah pasar bagi masyarakat adat,” ujarnya.
Ini menjadi bencana bagi masyarakat suku adat. Ada kelompok masyarakat yang tidak bisa hidup dan meneruskan hidupnya karena pengerusakan hutan.
“Industri nikel memperkaya pengusaha dan orang-orang di Jakarta namun disaat yang bersamaan menginjak kepala saudara-saudara semakin dalam ke kemiskinan,” ujarnya.
Mungkin karna kita jarahi belantara itu menjadi tambang-tambang perkebunan
Mungkin karna kita gadai sawah ladang itu menjelma gemerlap kota-kota
Atau karna kita peras lantah bumi raya kita demi besi baja penghapus dahaga
Mungkin semua karna kita yg terlalu pongah berpesta berebut kepuasan dunia
dari Lagu ‘Paris Van Java?’ oleh Cak Rus & The Rush Brain






