Mengenali Kearifan dan Tradisi Lokal Agar Jadi Pandangan Masyarakat Hidup Masyarakat

Mengenali Kearifan dan Tradisi Lokal Agar Jadi Pandangan Masyarakat Hidup Masyarakat
Mengenali Kearifan dan Tradisi Lokal Agar Jadi Pandangan Masyarakat Hidup Masyarakat

Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri.

Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.

Bacaan Lainnya

Bagaimana kearifan dan tradisi lokal itu kita kenali dan rawat sehingga ia bisa menjadi pandangan hidup masyarakat kita?​ Identitas dan Kepribadian tersebut tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat sekitar agar tidak terjadi pergesaran nilai-nilai. Kearifan lokal adalah salah satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan mempertahankan diri dari kebudayaan asing yang tidak baik.

Lalu apa kearifan dan tradisi lokal yang ada disekitar kita? Banyak contohnya yaitu nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus.

Nilai-nilai luhur terkait kearifan lokal meliputi Cinta kepada Tuhan, alam semester beserta isinya,Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, Jujur, Hormat dan santun, Kasih sayang dan peduli, Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, Keadilan dan kepemimpinan, Baik dan rendah hati,Toleransi,cinta damai, dan persatuan.

Kearifan lokal diungkapkan dalam bentuk kata-kata bijak (falsafah) berupa nasehat, pepatah, pantun, syair, folklore (cerita lisan) dan sebagainya; aturan, prinsip, norma dan tata aturan sosial dan moral yang menjadi sistem sosial; ritus, seremonial atau upacara tradisi dan ritual; serta kebiasaan yang terlihat dalam perilaku sehari-hari dalam pergaulan sosial (Haryanto, 2013: 368).

Cerita rakyat banyak mengandung amanat-amanat kepada generasi seterusnya.

Contoh nilai rakyat, kearifan lokal, dan kebiasaan kearifan lokal juga dapat berwujud benda-benda nyata salah contohya adalah wayang.

Wayang kulit diakui sebagai kekayaan budaya dunia karena paling tidak memiliki nilai edipeni (estetis) adiluhung (etis) yang melahirkan kearifan masyarakat, terutama masyarakat Jawa.

Bahkan cerita wayang merupakan pencerminan kehidupan masyarakat Jawa sehingga tidak aneh bila wayang disebut sebagai agamanya orang Jawa. Dengan wayang, orang Jawa mencari jawab atas permasalahan kehidupan merek sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia selalu mencari kebahagiaan dan selalu mengharapkan agar dapat hidup secara damai dan tentram baik antara manusia dalam hal ini tetangga yang ada dilingkungan tersebut maupun dengan alam sekitarya.

Hubungan tersebut biasanya terjalin dengan tidak sengaja atau secara mengalir saja terutama dengan manusia namun ada juga yang tidak memperdulikan hal tersebut dan cenderung melupakan hakekatnya sebagai manusia sosial yang tak dapat hidup sendiri.

Tari Kuda Lumping Berasal dari Ponorogo, Yuk Lihat Keunikannya

Tarian Kuda Lumping Berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Kesenian tari kuda lumping adalah sebuah seni tari yang dipentaskan dengan memakai alat-alat berupa kuda tiruan yang dibuat dari bahan anyaman bambu.

Kuda lumping atau sering disebut ‘jaran kepang’ merupakan salah satu kesenian khas yang berasal dari Pulau Jawa.

Tari Kuda Lumping Berasal dari Ponorogo, Yuk Lihat Keunikannya
Tari Kuda Lumping Berasal dari Ponorogo, Yuk Lihat Keunikannya

Pertunjukan tari kuda lumping biasanya diadakan pada saat acara-acara penting seperti penyambutan tamu kehormatan, acara karnaval tahunan, dan juga acara-acara syukuran. Pertunjukan kuda lumping diawali dengan bunyi sebuah pecutan atau cambuk besar yang sengaja dikenakan para pemainnya.

Kuda lumping biasanya diiringi alat musik tradisional Jawa, seperti gamelan, gendang serta nyanyian berbahasa Jawa.

Di tangan pemain profesional, kuda lumping sering dikaitkan dengan makhluk halus karena atraksi-atraksinya yang penuh energi supranatural dan bernuansa magis.

Itulah yang membuat penonton terkesima oleh atraksi-atraksi yang disajikan.

Dalam pertunjukannya, Kuda Lumping adalah kesenian tari yang menggunakan kuda bohong-bohongan terbuat dari anyaman bambu serta diiringi oleh musik gamelan seperti : gong, kenong, kendang dan slompret. Jadi pertunjukan Kuda Lumping termasuk pertunjukan seni tari.

Uniknya, dalam pertunjukan para penari akan kesurupan sambil makan bunga, pecahan kaca, dan biji padi sambil dicambuk oleh sang Penimbul. Para penari akan sadar kembali setelah dibacakan mantra oleh Penimbul atau dalang Ebeg.

Asal Usul Kesenian Kuda Lumping

Buat kamu yang belum begitu familiar dengan asal usul kesenian kuda lumping, mari kita simak ulasan berikut ini.

Banyak versi sejarah tentang makna dari kesenian kuda lumping ini. Ada sumber yang menyebutkan bahwa gerakan-gerakan di dalamnya menggambarkan kisah tentang latihan perang pasukan kerajaan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I sebagai Raja Mataram untuk menghadapi pasukan Belanda.

Dalam versi lain menyebutkan bahwa asal usul kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah yang dibantu oleh Sunan Kalijaga melawan Bangsa Belanda yang menjajah tanah air.

Sumber lain lagi menyatakan bahwa kesenian ini adalah bentuk dukungan rakyat terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro untuk menghadapi penjajah Belanda.

Yang pasti, tari kuda lumping memiliki makna yang mendalam, yaitu dianggap merefleksikan semangat heroisme di tengah peperangan melawan penjajah.

Kesenian Kuda Lumping, di samping berfungsi hiburan ternyata dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antar warga. Artinya dengan menonton pertunjukan Kuda Lumping antar anggota masyarakat bisa saling tatap muka dan berdiskusi.

Kesenian ini mempunyai nilai sayuk, guyub dan rukun. Sayuk merupakan istilah yang mengandung pengertian dan aspek-aspek bekerja bersama, guyub mengarah pada aspek-apek sikap menjaga, karena keutuhan kelompok relevan dengan etika yang ada, rukun lebih mencerminkan sikap dan perilaku yang mencerminkan tidak suka bertengkar untuk menjaga keutuhan kelompok / komunitas.

Baca artikeEdukasi lainnya dengan disini. Ikuti juga berita terkini dari PELITA.CO.ID di Google News  dengan klik tautan ini.

TERPOPULER:

PELITA.CO.ID di WhatsApp: pelita.co.id di WhatsApp Channel Dapatkan aplikasi PELITA.CO.ID di Google Play: pelita.co.id di Google Apps PELITA.CO.ID di Google News: pelita.co.id di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan