Nilai Keadilan Sosial yang Telah Ditetapkan Masyarakat Indonesia Pada Masa Prasejarah

Ilustrasi. Pengamalan Pancasila Sila Pertama Masa Kerajaan Kutai
Ilustrasi. Pengamalan Pancasila Sila Pertama Masa Kerajaan Kutai

Jelaskan nilai keadilan sosial yang telah ditetapkan masyarakat Indonesia pada masa prasejarah! Masyarakat Indonesia pada masa parasejarah mendapatkan bahan makanan dengan berburu, meramu dan kemudian dilanjutkan bercocok tanam. Keadilan sosial

Sejak dahulu masyarakat prasejarah Indonesia telah mengembangkan sistem kepercayaan tersendiri yang disebut dengan animisme dan dinamisme.

Bacaan Lainnya

Animisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda di bumi (misalnya pohon, batu) memiliki jiwa yang harus dihormati agar roh di balik benda tersebut tidak mengganggu manusia, tapi bisa membantu mereka dari roh jahat sehingga mereka dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan lancar.

Animisme ini biasanya berkaitan dengan dinamisme, yakni daya, khasiat, dan kekuatan.

Dinamisme berarti kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Benda-benda yang dimaksud dapat berasal dari berbagai unsur, meliputi air, api, bebatuan, pohon, bahkan bagian-bagian dari hewan. Masyarakat penganut dinamisme percaya jika benda-benda tertentu bisa memberikan manfaat maupun sebaliknya, menjadi penyebab mara bahaya.

Dari kepercayaan ini, muncul benda-benda yang dianggap keramat, seperti tanduk hewan, batu mulia, atau senjata seperti kapak dan mata tombak. Masyarakat penganut dinamisme akan merasa aman dan tenang jika berada di dekat benda yang dikeramatkan. Mereka pun memiliki rasa ketergantungan sehingga merasa harus melakukan pemujaan terhadap benda-benda tersebut.

Nilai-Nilai Pancasila Sejak Zaman Prasejarah

Nilai Ketuhanan

Adanya penemuan fosil yang dikubur pada zaman Paleolitikum menggambarkan adanya proses penguburan karena keyakinan kuno.

Selain itu ditemukan alat-alat baik dari batu maupun perunggu yang digunakan untuk aktivitas pemujaan terhadap roh leluhur dan roh yang mendiami objek di lingkungan sekitar. Inilah bukti adanya nilai ketuhanan pada zaman prasejarah.

Nilai Kemanusiaan

Nilai kemanusiaan zaman prasejarah dibuktikan dengan ditemukan banyak fosil di bantaran sungai.

Fosil manusia purba ini menunjukkan proses pemakaman dengan layak, sebagai bentuk perikemanusiaan pada saudara yang sudah meninggal.

Selain itu, ditemukan pula bukti arkeologis bahwa manusia prasejarah sudah mengenal sistem barter antarkelompok.

Ditemukannya artefak yang beraneka macam juga sebagai bukti adanya jalinan hubungan kemanusiaan masyarakat zaman prasejarah.

Nilai Kesatuan

Nilai kesatuan dibuktikan dengan kesamaan Bahasa Indonesia sebagai turunan rumpun bahasa Austronesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya kesamaan kosakata dan kebudayaan.

Menurut Teori Perbandingan H. Kern dan Teori Pra Sejarah Von Heine Gildern, bahasa ibu Austronesia digunakan secara luas oleh masyarakat pada zaman prasejarah. Penggunaan bahasa yang sama inilah bukti nilai kesatuan di zaman prasejarah.

Fungsi bahasa pada zaman tersebut adalah mendukung komunikasi dalam lingkup masyarakat yang lebih besar.

Selain itu, perkembangan gaya hidup nomaden dengan budaya berlayar juga dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat prasejarah tentang laut, musim, teknologi membuat perahu, dan astronomi, yang menyebabkan adanya kesamaan bahasa dan budaya Indonesia di masa lampau.

Nilai Musyawarah

Kehidupan nomaden masyarakat prasejarah akan memasuki gaya hidup bercocok tanam. Masyarakat akan menanam dan panen di waktu yang bersamaan sesuai musim, sehingga muncullah nilai-nilai musyawarah untuk bergotong royong dalam menanam dan panen.

Musyawarah akan dipimpin oleh orang dianggap kuat, mumpuni, dan adil. Nilai musyawarah ini berkembang menjadi adat sosial sehingga timbullah suku-suku, klan, maupun desa.

Nilai Keadilan Sosial

Kehidupan bercocok tanam zaman prasejarah juga memiliki nilai keadilan sosial. Menanam bahan pangan adalah tanggung jawab bersama, maka hasil panen pun adalah milik bersama.

Nilai inilah yang menimbulkan keadilan sosial, di mana masyarakat mulai mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama.

Nilai-nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan

Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia ajarannya telah lama dikenal. Bahkan sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.

Ajaran Pancasila unsur Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah, dan Keadilan Sosial atau nilai-nilai Pancasila sudah ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit telah masuk dalam tata kehidupan pemerintahan dan masyarakat.

Berbagai prasasti menunjukkan hal tersebut seperti di Telaga Batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi, Talang Tuo, dan Kota Kapur. Juga dalam kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca juga diuraikan susunan pemerintahan Majapahit, yakni musyawarah, hubungan antar negara tetangga dan sebagainya.

Dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular, tertulis juga adanya toleransi kehidupan beragama, khususnya agama Budha dan Hindu di zaman tersebut.

Candi-candi pada zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit juga menunjukkan adanya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, hingga keadilan sosial yang kuat. Kemakmuran bangsa dilanjutkan oleh Majapahit yang berdiri setelah mengalahkan pasukan Tiongkok. Wilayah Majapahit sampai meliputi Singapura, Malaysia, Brunei, Filipina, Kamboja dan selatan Vietnam

Di masa kerajaan-kerajaan Nusantara yang makmur tersebut, nilai ketuhanan dan keadilan sosial sangat menonjol. Tiga nilai lain Pancasila yakni kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan juga berkembang baik.

Ajaran Pancasila pada Zaman Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya sudah memiliki kedaulatan yang cukup luas. Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat perdagangan serta pelayanan sehingga masyarakatnya makmur sejahtera.

Pada masa kejayaanya, kerajaan Sriwijaya sudah menerapkan konsep negara kepulauan dengan wawasan nusantara.

Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke VII, di bawah kekuasaan Wangsa Sailendra (Melayu Kuno & menggunakan huruf Palawa) di kenal dengan kerajaan Maritim yang mengadakan jalur perhubungan laut. Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Sunda (686 M), Selat Malaka (775M).

BACA JUGA: Prinsip-prinsip Demokrasi di Indonesia dan Sejarah Terbentuknya Demokrasi Pancasila

Sistem perdagangan telah diatur dengan baik, dimana Pemerintah melalui pegawai Raja membentuk suatu badan untuk mengumpulkan hasil kerajinan rakyat supaya rakyat mengalami kemudahan dalam pemasarannya. Selain itu juga sudah ada badan yang yang bertugas mengurus pajak, harta benda kerajaan, kerohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan, gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga kerajaan dapat menjalankan sistem negaranya dengan nilai-nilai ketuhanan

Pada zaman Kerajaan Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama Budha yang sudah dikenal di Asia, Pelajar dari Universitas ini dapat melanjutkan studi ke India, banyak guru-guru tamu yang mengajar disini dari India, seperti Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercermin dalam Kerajaan Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan “Marvuai Vannua Criwijaya Siddhayatra Subhika” (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).

Pada Hakekatnya Nilai-nilai budaya Kerajaan Sriwijaya telah menunjukan nilai-nilai pancasila, yaitu sebagai berikut:

a. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu yang hidup berdampingan secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
b. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India meunjukan telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif
c. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim, Kerajaan Sriwijaya telah menerapkan konsep negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan nusantara.
d. Nilai sila keempat Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang luas, meliputi Siam dan Semenanjung Melayu.
e. Nilai Sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.

Ajaran Pancasila pada Masa Kerajaan Majapahit

Nilai persatuan dan kesatuan pada masa kerajaan Majapahit sudah diterapkan yang terlihat pada kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular.

Menurut kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, Pancasila berarti “berbatu sendi yang lima” atau “pelaksanaan kesusilaan yang lima” dimana nilai persatuan terwujud dengan keutuhan kerajaan.

Pancasila merupakan dasar negara Bangsa Indonesia yang terdiri dari lima sila. Sila-sila tersebut menggambarkan pandangan hidup Bangsa Indonesia serta menjadi ciri khas yang membedakan Indonesia dengan negara lain. Lambang Pancasila yang terdiri dari bintang, rantai, pohon beringin, kepala banteng, dan padi dan kapas. Memiliki makna yang mewakili jiwa dari setiap sila-sila tersebut.

BACA JUGA: Pancasila Dalam Pandangan Filsafat Manusia

Sila-sila yang terdapat dalam Pancasila sesungguhnya sudah diterapkan jauh sebelum negara Indonesia merdeka. Nilai persatuan dan kesatuan dari setiap sila dapat dilihat dari Kerajaan Majapahit sebagai contoh: penerapan sila pertama yaitu kerajaan di atas memeluk agama Hindu ataupun Budha.

Sila kedua penerapnnya dibuktikan dengan kerajaan tersebut bersifat terbuka terhadap budaya asing yang masuk. Sila ketiga Persatuan dibuktikan dengan besarnya cangkupan wilayah ketiga kerajaan tersebut.

Sila keempat yaitu nilai kerakyatan ditunjukan dengan rakyatnya yang makmur dan nilai sila kelima yaitu keadilan dengan tidak membedakan latar belakang.

Ajaran Pancasila pada Masa Kerajaan Tarumanegara

Prasasti Ciaruteun, peninggalan kerajaan Tarumanegara di Museum Fatahillah Jakarta pada 17 Mei 2013. Foto: wikipedia/Dederohman
Prasasti Ciaruteun, peninggalan kerajaan Tarumanegara di Museum Fatahillah Jakarta pada 17 Mei 2013. Foto: wikipedia/Dederohman

Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan hindu yang terletak di sebelah barat pulau Jawa yang diperkirakan beridiri dari abad ke-4 sampai abad ke-7 M. Tarumanegara merupakan kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah.

Dikisahkan, Raja Purnawarman mulai memerintah Kerajaan Tarumanegara pada tahun 395 M. Pada masa pemerintahannya, ia selalu berjuang untuk rakyatnya.

Ia membangun saluran air untuk keperluan irigasi lahan pertanian dan memberantas perompak.

Raja Purnawarman sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Ia memperbaiki aliran Sungai Gangga di daerah Cirebon. Dua tahun kemudian, ia juga memperbaiki dan memperindah alur Sungai Cupu sehingga air bisa mengalir ke seluruh kerajaan.

BACA JUGA: Peran Pancasila sebagai Ideologi Negara

Para petani senang karena ladang mereka mendapat air dari aliran sungai sehingga menjadi subur. Ladang para petani tidak kekeringan pada musim kemarau Raja Purnawarman juga berani memimpin Angkatan Laut Kerajaan Tarumanegara untuk memerangi bajak laut yang merajalela di perairan Barat dan Utara kerajaan.

Setelah Raja Purnawarman berhasil membasmi semua perompak, keadaan menjadi aman. Rakyat di Kerajaan Tarumanegara kemudian hidup aman dan sejahtera.

Sebagai wujud kecintaan rakyat Kerajaan Tarumanegara kepada Raja Purnawarman, telapak kakinya diabadikan dalam bentuk prasasti yang dikenal sebagai Prasasti Ciaruteun.

Raja Purnawarman memiliki sifat seperti di jelaskan diatas yaitu dimana dia sangan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, oleh karena itu dia memperbaiki aliran sungai agar masyarakatnya dapat mengkonsumsi air tersebut dan juga air bersih.

BACA JUGA: Nilai-nilai Pancasila Sudah Ada Dalam Diri Bangsa Indonesia Sebelum Medeka

Dari situ, Raja Purnawarman memiliki sifat yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yaitu pada sila ke-empat Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan. Dimana Raja Purnawarman memiliki sifat kerakyatan dan juga bijaksana dalam memimpin kerajaan.

Contoh pertanyaan Tentang nilai-nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan

Tanda adanya nilai ketuhanan pada masa sejarah awal dalam latar sejarah kelahiran Pancasila adalah ….

A. Adanya sarana upacara keagamaan seperti nekara atau gong perunggu
B. Ditemukannya lukisan di dindinggua, seperti di Wamena – Papua
C. Adanya jejak-jejak peradaban lama dan patung-patung purba
D. Ditemukannya prasasti batu bertulis

Dari pertanyaan itu, maka jawabnya adalah A. Adanya sarana upacara keagamaan seperti nekara atau gong perunggu

Baca artikel Edukasi lainnya di tautan ini dan berita terkini dari PELITA.CO.ID di Google News dengan klik tautan ini.

Baca berita lebih cepat, unduh aplikasi PELITA.CO.ID di Google Play di tautan ini.

PELITA.CO.ID di WhatsApp: pelita.co.id di WhatsApp Channel Dapatkan aplikasi PELITA.CO.ID di Google Play: pelita.co.id di Google Apps PELITA.CO.ID di Google News: pelita.co.id di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan