Jakarta, pelita.co.id – Wakil Sekjen PBB untuk Operasi Perdamaian PBB, Jean-Pierre Lacroix, berterima kasih kepada Indonesia atas komitmennya yang tak tergoyahkan dan kontribusi kuatnya terhadap Penjaga Perdamaian PBB serta atas jasa dan pengorbanan para personel militer dan polisi yang bertugas di bawah bendera PBB.
Indonesia pertama kali menyediakan pasukan penjaga perdamaian untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1957, ketika bergabung dengan Pasukan Darurat PBB (United Nations Emergency Force/UNEF) di Sinai, Mesir.
Saat ini, Indonesia menyediakan 2.715 personel berseragam untuk Pasukan Penjaga Perdamaian PBB, menjadikannya kontributor keenam terbesar secara global. Indonesia juga merupakan kontributor signifikan dalam pasukan penjaga perdamaian perempuan, dengan 183 orang saat ini bertugas dalam operasi perdamaian.
“Kontribusi Indonesia sangat penting bagi upaya global kami untuk menjaga perdamaian dan keamanan,” kata Jean-Pierre Lacroix pada akhir kunjungan tiga harinya ke Jakarta pada hari Rabu, (11/7/2024).
“Sebagai kontributor utama pasukan untuk misi pemeliharaan perdamaian PBB, dedikasi dan profesionalisme Indonesia sangat dihargai,” ujarnya.
Penempatan Penjaga Perdamaian dari Indonesia di Berbagai Wilayah
Penempatan terbesar Indonesia adalah dengan Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL), tempat pasukan penjaga perdamaian terus melaksanakan mandat misi di lingkungan yang sangat menantang.
Indonesia juga mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke beberapa misi lainnya, termasuk Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Republik Afrika Tengah (MINUSCA) dan Misi Stabilisasi Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Republik Demokratik Kongo (MONUSCO).
BACA JUGA: Satgas Indo RDB XXXIX-E/MONUSCO Long Range Mission (LRM) di Desa Boya Republik Demokratik Kongo
Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia juga berkontribusi pada operasi perdamaian PBB lainnya antara lain di Kamboja, Liberia, dan Haiti.
Lacroix mengakui dukungan Indonesia terhadap KTT Kepala Polisi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diadakan pada bulan Juni 2024 di Markas Besar PBB, yang menyoroti peran penting Polisi PBB dalam operasi perdamaian. Dia berterima kasih kepada Indonesia karena telah menjadi tuan rumah kursus dan lokakarya untuk melatih pasukan penjaga perdamaian dari seluruh Asia.
Lacroix berbicara tentang upaya yang dilakukan Indonesia untuk meningkatkan jumlah perempuan yang bertugas dalam misi PBB. “Saya berharap dapat menyambut lebih banyak lagi perempuan Indonesia, serta pria, ke dalam Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di tahun-tahun mendatang,” katanya.
“Tidak heran bahwa seorang polisi perempuan Indonesia terpilih sebagai Polisi Perempuan PBB Tahun 2023,” tambahnya, merujuk pada penghargaan yang diterima oleh Brigadir Satu Polisi Renita Rismayanti oleh Sekretaris Jenderal PBB tahun lalu.
Selama kunjungan tersebut, Lacroix bertemu dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Nasional Bambang Ismawan, Wakil Kepala Kepolisian Nasional Indonesia Agus Adrianto, serta manajemen dan staf Pusat Misi Internasional Kepolisian Nasional dan Pusat Pemeliharaan Perdamaian TNI (PMPP TNI).
Selain topik lainnya, dia membahas potensi kerjasama lebih lanjut antara Indonesia dan penjaga perdamaian PBB dalam beberapa bidang seperti pelatihan, transformasi digital penjaga perdamaian, serta promosi penjaga perdamaian perempuan.