Penemuan vitamin C pada jeruk boleh jadi satu temuan berharga manusia. Berabad lalu, pelaut berterima kasih atas penemuan ini. Karena dengan rutin mengkonsumsi jeruk, mereka terbebas dari gejala gusi berdarah yang menyakitan. Dan, konsumsi vitamin C juga dipercaya bisa membantu merawat kesehatan tulang rawan, tulang, dan gigi.
Kemudian, beberapa dekade yang lalu ilmuwan peraih penghargaan Nobel, Linus Pauling menyarankan agar vitamin C digunakan sebagai terapi dalam penyembuhan berbagai penyakit termasuk kanker. Namun, teorinya diabaikan karena tiadanya percobaan klinis yang sukses.
Kini sebuah studi yang diterbikan jurnal ilmiah Science (PDF) menemukan vitamin C efektif melawan kanker, khususnya kanker usus besar.
Dilansir YouthHealthMag.com, para peneliti dari Weill Cornell Medicine, Harvard Medical School, Cold Springs Harbor Laboratory, Johns Hopkins Kimmel Cancer Center dan Tufts Medical Center menemukan vitamin C dalam dosis tinggi dapat menyembuhkan kanker usus besar, terutama yang disebabkan karena tumor usus akibat mutasi KRAS dan BRAF.
BACA JUGA: Bumame Farmasi Kebon Jeruk Siap Layani Kebutuhan Periksa Medis di Jakarta Barat
Mutasi gen KRAS dan BRAF merupakan setengah dari semua kanker usus besar di Amerika Serikat. Kanker jenis ini agresif dan sulit untuk disembuhkan karena tidak mempan terhadap kemoterapi.
Para peneliti itu menemukan vitamin C, setara yang didapat dari 300 buah jeruk, membunuh sel kanker usus besar, khususnya yang disebabkan mutasi sel KRAS dan BRAF pada tikus percobaan.
Meski vitamin C sering digadang-gadang sebagai antioksidan yang efektif, dampak yang bermanfaat dalam melawan kanker usus ternyata berkebalikan: vitamin C memicu oksidasi, melumpuhkan pertumbuhan sel tumor KRAS dan BRAF yang biasanya membutuhkan antioksidan sebagai syarat hidup.
Vitamin C dalam tubuh teroksidasi dan berubah menjadi dehydroascorbic acid (DHA), yang masuk ke dalam sel melewati protein membran yang disebut GLUT1. Antioksidan dalam cel kanker berusaha mengubah kembali DHA menjadi asam askorbat, semakin habis dalam proses itu. Tekanan oksidatif kemudian membunuh sel-sel itu.
“Sel mutan KRAS dan BRAF memproduksi sel yang lebih reaktif terhadap oksigen daripada sel normal dan dengan demikian memerlukan lebih banyak antioksidan untuk bertahan hidup. Kombinasi karakteristik ini membuat sel kanker semakin rentan terhadap DHA daripada sel normal atau sel kanker tipe lainnya,” ujar Lewis Cantly, peneliti dari Weill Cornell Medicine.
Hasil studi ini bisa memberikan jalan bagi dilakukannya perawatan jenis baru yang menyasar kanker jenis tertentu.
“Harapan kami penelitian ini bisa memberikan inspirasi pada komunitas ilmu pengetahuan untuk mempertimbangkan penggunaan bahan alamiah yang aman dan tidak mahal dan memicu riset untuk mempertimbangkan vitamin C sebagai terapi kanker,” ujar Jihye Yun memungkasi.
Baca berita Gaya Hidup lainnya di tautan ini dan berita terkini dari PELITA.CO.ID di Google News dengan klik tautan ini.
Baca berita lebih cepat, unduh aplikasi PELITA.CO.ID di Google Play di tautan ini.
TERPOPULER: