Jakarta, pelita.co.id – Ketua Komunitas Literasi Betawi (KLB), Sam Muchtar Chaniago mengapresiasi nuansa Betawi yaitu Gambang Rancag, sebuah seni pantun dari Betawi, pada pembukaan acara peluncuran Buku Antologi Puisi Penyair Nusantara, Jakarta, dan Betawi 4, ” Ketika Jakarta Tak Lagi Menjadi Ibukota Negara”, di Aula Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB.Jassin, Gedung Ali Sadikin, Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki di Jakarta, pada Kamis, (24/8/2023) siang.
“Tadi sempat ditampilkan Rancag Komunitas Literasi Betawi berusaha mentradisikan adanya nuansa Betawi dalam setiap acara kebudayaan Betawi. Rancag sebagai seni tradisi hampir atau nyaris lenyap, terutama bila tak serius membuat cerita dalam bentuk pantun,” kata Sam Muchtar Chaniago.
“Dengan menggunakan pantun berkait, dimana pantun dinyanyikan diiringi musik gambang kromong, maka disebut gambang rancak. Secara tradisi menceritakan kepahlawanan jagoan-jagoan Betawi, paling terkenal Rancag si Pitung. Apa saja bisa jadi ramcag, termasuk acara peluncuran buku ini, karena ini bentuk pelestarian budaya,” lanjutnya.
Sam Muchtar Chaniago menambahkan, terkait pendanaan buku antologi puisi, Komunitas Literasi Betawi (KLB) sejak tiga tahun lalu masih terus mencari ‘celah’ agar komunitas sastra ini dapat hidup mandiri.
BACA JUGA: Icip, 3 Kuliner Betawi Lezat yang Paling Dicari
“Alhamdulilah tahun ini dapat support bantuan dana dari Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah. Terima kasih juga buat Pak Diki,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Pembina Komunitas Literasi Betawi (KLB), Asrisal Nur memberi kata sambutan bahwa tahun 2023 ini Komunitas Literasi Betawi (KLB) baru bisa terbitkan buku antologi puisi.
“Ke depannya KLB bisa membuat acara anugerah kepada seniman asli Betawi. Di buku antologi puisi ini KLB masih bikin buku antologi puisi dengan iuran. Sebenarnya kita malu sebagai orang Betawi. Semoga iuran tahun depan tak ada lagi iuran,” pintanya.
BACA JUGA: Batik Betawi: Sejarah, Motif, Perkembangan dan Menilik Sentra Batik di Kampung Terogong
Menurut Asrisal Nur, KLB bisa mensponsori, tentu dengan kurasi yang ketat, sehingga akan muncul penyair-penyair terpilih.
“Sehingga ke depannya KLB punya marwah.Jangan takut ke depan rezeki ada saja. Khusus pemberian anugerah ini sangat penting. Darimana duitnya, saya itu selalu yakin kegiatan untuk kepentingan bersama pasti bisa,” tegasnya.
Peluncuran Buku Antologi Puisi Penyair Nusantara, Jakarta dan Betawi 4 “Ketika Jakarta Tak Lagi Menjadi Ibukota Negara” diisi juga dengan baca puisi dari para kontributor seperti Wahyu Toveng, Mita Katoyo, Rissa Churia, Ace Sumanta, Nur Juwita, Ical Vrigar, Boyke Sulaiman, Nurhayati, Hannah Dinar Juwita, Denting Kemuning, Euis Sri Susilowati, Maesaroh, Gilang Teguh Pambudi, H.Shobier Poer, Piet Yuliakhansa dan terakhir baca puisi adalah Penyair Betawi Nurhadi Maulana Saibin.
Acara peluncuran dengan MC Putri Tania ini diisi juga forum diskusi dengan nara sumber Wina Armada dan Ibnu Wahyudi serta moderator Sam Muchtar Chaniago.
Baca berita Teknologi dan Gaya Hidup lainnya di tautan ini dan berita terkini dari PELITA.CO.ID di Google News dengan klik tautan ini.
Baca berita lebih cepat, unduh aplikasi PELITA.CO.ID di Google Play di tautan ini.