Sebutkan contoh semangat persatuan dalam mengusir penjajah di daerah Sumatera! Perlawanan rakyat Sumatera misalnya di daerah Sumatera Barat termasuk perlawanan yang gigih dalam menghadapi pendudukan penjajah pada masa kolonial bahkan berlanjut saat pendudukan Belanda.
Hal ini terbukti, Sumeteria misalnya sekarang Provinsi Sumatera Barat relatif tidak pernah diduduki Sekutu ataupun Belanda. Bahkan ketika daerah-laerah di sekelilingnya membentuk negara sendiri, seperti Negara Sumatera Timur awal tahun 1948, Sumatera Barat justru menjadi pusat perlawanan Republik Indonesia dengan PDRJ-nya (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia).
Perlawanan gigih tersebut, dimungkinkan karna tingkat kesadaran berbangsa rakyat Sumatera Barat telah tertanam kokoh. Sehingga perjuangan kemerdekaaan Indonesia untuk membebaskan diri dari pendudukan using. dilakukan oteh segenap rakyatnya.
Berikut contoh semangat persatuan dalam mengusir penjajah di daerah Sumatera:
Aceh
Perlawanan di Aceh disebabkan beberapa hal, yaitu:
a. Agresi Belanda ke Aceh karena dibajaknya kapal Eropa di perairan Aceh.
b. Pembukaan Terusan Suez sehingga menjadikan Aceh sebagai daerah strategis lintas dagang.
c. Perjanjian antara Inggris dan Belanda pada 2 November, yakni Traktat Sumatera yang mengatur perluasan kekuasaan Belanda di Aceh dan Inggris di Siak.
d. Penolakan Aceh untuk mengakui pemerintahan kolonial Belanda
Perang Aceh berlangsung karena masyarakat tidak bersikap kooperatif atas permintaan-permintaan yang diajukan Belanda. Salah satunya yaitu menyembunyikan kontak yang mereka lakukan dengan Konsul Italia dan Amerika Serikat.
Perang ini dimulai pada tahun 1873, dengan 3.800 pasukan Belanda yang berhasil dipukul mundur oleh pasukan Aceh. Jenderal Kohler sebagai pemimpin pasukan meninggal dalam pertempuran.
Upaya penaklukan selanjutnya di bawah Jenderal van Swieten menyerang Istana Aceh dengan kekuatan 8.000 pasukan akhirnya berhasil menguasai Istana Aceh. Namun, perlawanan rakyat tetap berlangsung di bawah Panglima Polim.
Berbagai strategi yang dilakukan Belanda seperti benteng stelsel atau concentratie stelsel tidak kunjung berhasil menaklukkan Aceh.
Barulah, pada 1899, melalui penelitian Dr. Snouck Hurgronje tentang tata negara Aceh, mereka mengetahui kelemahan pasukan Aceh dan mengirimkan pasukan ke Aceh Besar.
Dalam pertempuran itu, pasukan Belanda berhasil menguasai Aceh dan memaksa mereka menandatangani Perjanjian Pendek yang berisi:
a. Setiap kerajaan mengakui daerahnya sebagai bagian kekuasaan Belanda.
b. Berjanji tidak mengadakan hubungan dengan pemerintah asing.
c. Menaati perintah yang diberikan pemerintahan kolonial Belanda.
Gempuran terus-menerus dari pasukan Belanda akhirnya memaksa terhentinya perlawanan. Tercatat beberapa tokoh perjuangan gugur di medan juang.
Sebagian lagi tertangkap, di antaranya Sultan Aceh, Panglima Polim, dan Cut Nyak Dien.
Sumatera Timur
Sumatera Timur adalah sebutan lain untuk daerah Kerajaan Batak di Tapanuli. Dari daerah ini muncul perlawanan terhadap Belanda di bawah pimpinan raja terakhirnya, Sisingamangaraja XII, karena beberapa alasan yakni:
a. Penolakan Sisingamangaraja XII atas keinginan Belanda mengambil beberapa kota di kerajaannya karena dianggap akan memperkecil wilayah kerajaan.
b. Perwujudan Pax Neederalandica atau penyatuan wilayah di bawah Belanda, dengan menguasai daerah Tapanuli Utara sebagai bagian dari Tapanuli Selatan. Strategi ini dilakukan dengan menempatkan pasukan Belanda di Tarutung.
Peperangan bermula pada tahun 1878 selama kurang lebih 7 tahun di kota-kota kecil daerah Tapanuli, namun belum membuahkan hasil.
Barulah pada tahun 1904, di bawah pimpinan Van Daelen yang menyerang ke Bakkara, perlawanan Kerajaan Tapanuli perlahan mulai dapat diredam sehingga memaksa Sisingamangaraja XII mengungsi ke hutan.
Pada 17 Juni 1907, dalam sebuah serangan yang dipimpin Kapten Christoffle, Sisingamangaraja menemui ajalnya.
Makam Sisingamangaraja XII ditempatkan di depan tangsi militer Belanda dan kemudian pada 1953 dipindahkan ke Soposurung, Balige.
Sumatera Barat
Perang di Sumatera Barat atau dikenal dengan ‘Perang Padri’ muncul sebagai dampak dari upaya Belanda memecah belah masyarakat.
Bermula dari munculnya gerakan Wahabiah dengan tujuan memurnikan ajaran Islam oleh Kaum Padri, muncul pertentangan dari kelompok yang merupakan keturunan Raja Minangkabau atau disebut ‘Kaum Adat’. Dalam perkembangannya, pemerintah kolonial Belanda berpihak kepada Kaum Adat.
Keberpihakan ini dituangkan dalam perjanjian yang juga mengatur pendudukan Belanda di beberapa daerah Sumatera Barat dengan alasan menjaga keberlangsungan perjanjian damai.
Pendudukan ini ternyata hanya bagian dari taktik lain Belanda untuk menduduki wilayah Sumatera Barat.
Perlawanan pun kemudian terjadi dalam dua bagian, Perang Padri I berlangsung pada 1821-1825 dan Perang Padri II pada 1830-1837.
Perang Padri berlangsung dalam dua periode karena di akhir periode pertama sempat diadakan perjanjian damai di Bonjol dan Padang, terlebih karena posisi pasukan Belanda yang terdesak akibat harus membantu perang melawan Pangeran Diponegoro. Namun, setelah Perang Diponegoro usai, perlawanan kembali terjadi bahkan lebih sengit.
Perlawanan rakyat Sumateram Barat dipimpin langsung oleh Tuanku Imam Bonjol dan dengan bantuan pasukan dari Jawa di bawah pimpinan Sentot Ali Basyah Prawirodirdjo. Perlawanan tersebut berhasil dikalahkan Belanda dengan menangkap Tuanku Imam Bonjol dan mengasingkannya.
Pahlawan Nasional dari Sumatera
Berikut ini beberapa pahlawan nasional dari pulau Sumatera:
Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, pada 1772. Tuanku Imam adalah salah seorang pimpinan Pasukan Padri melawan tentara Belanda. Di bawah kepemimpinannya kaum Padri berdamai dengan kaum adat dan kemudian bersama menghadapi Belanda.
Ia ditangkap Belanda saat dibawa berunding, kemudian diasingkan ke Sukabumi, Ambon dan kemudian ke Manado. Ia wafat pada 6 November 1864.
Rasuna Said
Rangkayo Hj. Rasuna Said lahir di Maninjau pada 14 September 1910. Rasuna adalah pendidik, tokoh politik, pejuang emansipasi sejak zaman Hindia Belanda. Rasuna Said adalah salah satu pendiri Persatuan Muslimin Indonesia (Permi).
Di zaman penjajahan Belanda, pidato-pidatonya yang menentang pemerintah Hindia Belanda, membuatnya dipenjara pada 1932. Di awal kemerdekaan, Rasuda said mewakili Sumatra Barat di KNIP. Pada masa perang kemerdekaan, ia terlibat di Front Pertahanan Nasional. Rasuna Said juga sempat menjadi anggota DPA.
Rasuna Said wafat di Jakarta pada 2 November 1965. Rasuna Said diangkat jadi Pahlawan Nasional oleh Presiden Soeharto melalui Keputusan Presiden No. 084/TK/Tahun 1974 Tanggal 13 Desember 1974.
Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soeharto berdasarkan Kepres Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
H. Agus Salim
Haji Agus Salim lahir dengan nama Masyhudul Haq di Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat pada 8 Oktober 1884. Ia adalah sepupu dari ayah Sutan Sjahrir. Pria berjulukan The Grand Old Man, sudah terlibat perjuangan kemerdekaan sejak zaman Hindia Belanda.
Ia menguasai 7 bahasa asing dan terlibat aktif dalam diplomasi pengakuan kedaulatan RI di awal merdeka baik sebagai menteri luar negeri maupun diplomat.
Haji Agus Salim wafat pada 4 November 1954.
Presiden Sukarno menetapkannya sebagai pahlawan pasional pada 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961.
Ikuti berita terkini dari PELITA.CO.ID di Google News dengan klik tautan ini.