Wisata di Sumatera Barat kuang lengkap bila tak menapakkan kaki di Nagari Pariangan. Sebuah desa yang memiliki daya pikat tersendiri terletak di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.
Nagari Pariangan jadi tempat baru yang indah untuk menggoreskan pengalaman wisata di Sumatera Barat.
Mengunjungi sebuah tempat baru yang terkenal indah barangkali menjadi salah satu prinsip seorang traveler sejati. Pergi ke pelosok-pelosok negri untuk menemukan keindahan tersembunyi tersebut menjadi seperti ritual wajib bagi mereka yang memang memberi ruang dalam hidupnya untuk sekedar ‘jalan-jalan’.
Beruntunglah kita tinggal di Indonesia. Karena untuk melakukan hal seperti itu di Negeri ini sangatlah mudah. Keindahan alam yang tiada tara bertemu dengan keramahan masyarakat yang sudah mendarah daging. Menjadikan setiap traveler merasa nyaman untuk terus bergerak menemukan tempat wisata baru.
Nah, tempat wisata baru atau yang belum tereksplorasi sebetulnya tak melulu menampilkan keelokan alam yang khas. Kita bisa melancong kesebuah tempat dimana ditempat tersebut terdapat bangunan bersejarah, kearifan lokal yang terjaga atau kecantikan bangunan yang dapat membuat mata terbelalak.
Untuk poin yang ketiga, kami punya referensi buat kamu yang memang mengaku sebagai seorang traveler sejati.
Nagari Pariangan. Itulah nama tempat atau bisa dibilang Desa. Nagari Pariangan terkenal dengan keelokan alam yang berbaur dengan begitu klasiknya rumah-rumah warga.
Bahkan, saking indahnya Nagari Paraingan disebut sebagai desa tercantik sedunia versi majalah Travel Budget sebuah majalah yang bermarkas di New York, Amerika Serikat.
Kita mulai dari begitu klasiknya rumah-rumah adat di Nagari Pariangan. Sebagai desa yang terletak di Sumatera Barat. Maka tak diragukan lagi jika rumah-rumah disini menggunakan rumah adat Gadang khas orang Minang. Akan tetapi, jika diteliti lebih jauh, rumah adat disini terlihat sudah cukup berumur.
Itu bisa kita rasakan apabila kita melihat dari dekat bangunan-bangunan disana. Akan tetapi, meskipun sudah tua. Bangunan-bangunan disini masih kokoh berdiri dan terlihat sangat cantik.
Selain rumah-rumah Gadang. ada juga sebuah masjid yang juga cukup unik. Masjid ini dikenal dengan nama Masjid Ishlah. Masjid ini tak mengadopsi atap Gadang sebagaimana bangunan-bangunan khas Minang. Akan tetapi, masjid ini menggunakan atap limas segi empat yang berundak.
Majid Ishlah ini di arsiteki oleh seorang Syekh Nurhanuddin seorang ulama termasyur dari Minang. Selain atapnya yang berundak, masjid ini memiliki banyak jendela yang ditengarai jika arsitektur macam ini mengadopsi arsitektur dongson yang dijumpai di negara Tibet.
Masjid yang dibangun pada abad ke-19 ini baru dua kali direnovasi. Renovasi pertama pada tahun 1920 dan yang kedua pada tahun 1994. Selain itu, keunikan lain dari masjid Ishlah ini juga dapat ditemukan pada sebuah pancuran air panas yang terhubung langsung dari mata air Gunung Marapi.
Pancuran ini digunakan warga untuk berwudhu. Keunikan-keunikan masjid tua yang memiliki luas 16 x 24 meter persegi ini akan selalu menjadi perhatian pengunjung.
Sawah Cagar Budaya
Letak, Nagari Pariangan yang berada di kaki Gunung Marapai membuat kampung ini benar-benar memukau. Letaknya yang berada diketinggian 500 sampai 700 Meter diatas permukaan laut membuat udara disini juga sangat sejuk dan membuat siapapun betah untuk berlama-lama. Selain itu ada satulagi kekhasan yang dimiliki oleh Desa Nagari Pariangan.
Disini terdapat sawah. Tapi, bukan sawah biasa. Sawah disini dikategorikan sebagai cagar budaya. Loh sawah dijadikan cagar budaya? Iya, sebab sawah disini ditengarai menjadi sawah pertama yang ada didataran Minang. Sawah ini dinamai Sawang Gadang Satampang. Sawah ini dibuka oleh Dt Tantajo Gurhano.
Ini seakan menegaskan jika di ranah minang, sesuatu yang berkaitan dengan sejarah atau leluhur benar-benar dijaga dan dirawat dengan baik. Jangan salah, mesti Sawah tertua di Minang. Sawah Gadang Satampang memiliki keindahan luar biasa.
Sawah-sawah disini berundak pada bukit-bukit, sehingga menghasilkan pemandangan yang cantik. Dan memang mayoritas masyarakat Nagari Pariangan adalah seorang petani. Jadi, tak heran jika sawah-sawah disini terawat dengan baik.
Sistem Nagari
Patut pula diketahui jika desa terindah didunia ini menganut sistem pemerintahan yang berbeda dengan sistem pemerintahan pada umumnya. Disini mereka menggunakan sistem pemerintahan Nagari yang ditelaah mirip dengan konsep polis pada masyarakat Yunani yang tentunya otonom.
Meski begitu, pada tahun 1980 mereka harus merelakan tak dapat melanjutkan sistem Nagari karena peraturan perundang-undangan yang berlaku dan merubahnya menjadi sistem desa.
Akan tetapi, pada tahun 1999 terbitlah undang-undang otonomi daerah yang membuat sistem Nagari kemudian kembali dan bertahan hingga kini.
Baca Juga: Menteri Sandiaga Uno Kunjungi Desa Wisata Warna Warni Tigarihit Simalungun, Sumatera Utara
Nagari Pariangan yang letaknya sekitar dua jam dari Kota Padang ini juga dipercaya sebagai desa tertua sekaligus pertama bagi masyarakat Minang.
Keindahan sejarah serta kearifan lokal dari Nagari Pariangan itulah yang kemudian menjadi daya tarik yang luar biasa bagi para traveler yang ingin menemukan pengalaman baru dalam melancong.
Tidak salah bukan jika majalah Travel Budget mengukuhkanya sebagai desa terindah di seantero dunia? Jadi, sempatkan berkunjung di sini saat wisata di Sumatera Barat, ya.
Baca berita Gaya Hidup lainnya di tautan ini dan berita terkini dari PELITA.CO.ID di Google News dengan klik tautan ini.
TERPOPULER: